Sampai saat ini, aku adalah sopir utama tanpa cadangan dalam keluarga kecilku. Jika bepergian, aku dan sopir angkutan umum (taxi, ojek, angkot dll) adalah andalan utama, mana yang bisa dia yang ngantar.

Meski istri saya Januari tahun depan (2012) sudah harus memperpanjang dan atau memperbaharui SIM A dan SIM C nya sekaligus, di Tangerang ini baru sebulan terakhir dia mengemudikan Yamaha Mio sendirian, itupun masih di sekitar rumah dan bukan jalan utama. Nyetir mobil? Mudah-mudahan usaha kerasnya satu-dua bulan terakhir ini segera membuahkan hasil. Lalu SIM nya yang udah hampir lima tahun tadi gimana ceritanya? Ini bukan cerita rahasia, jadi tidak perlu di bahas.

Selama ini memang belum ada kendala berarti dari keadaan tersebut. Hanya kurang fleksibel saja, terutama jika saya sendiri yang memerlukan bantuan antara-jemput.

Beberapa kali saya ada keperluan ke Bandara Soekarno Hatta. Karena biasanya saya menggunakan penerbangan pertama, maka pagi-pagi buta jam 4 an saya harus sudah meluncur. Biasanya malam hari sebelum tidur saya sudah order taksi untuk keperluan pagi. Dengan tarif sekarang, argo blue bird dari rumah ke bandara berkisar 50 ribu sampai maksimal 60 ribu.

Sedangkan untuk kepulangan dari bandara, rupanya saya bukan calon penumpang yang menarik bagi para sopir taksi yang mangkal di Bandara karena jarak tersebut. Ketika saya sebut tujuan Tangerang, maka jawabannya "Taksi berpenumpang ngga boleh lewat pintu belakang, kalo mau lewat Jakarta" . Saya tidak mengetahui kebenaran larangan tersebut dan belum pernah mengkonfirmasi ke petugas resmi bandara, tapi kepada beberapa sopir taksi yang mengantar saya ketika berangkat, saya pernah menanyakan hal tersebut dan jawabannya tidak ada. Karena Taksi sudah menolak saya, maka tukang ojek pun saya samperin :)

Ketika terakhir ke Bandara, saya sempat panik karena taksi orderan saya datang terlambat atau mepet dari jam yang saya minta, alasannya ada yang nyasar, atau portal dari depan masih di tutup jadi harus muter balik, intinya saya panik :)


Maka ketika tanggal 18 Agustus kemarin saya ada keperluan lagi ke Bandara, saya berencana untuk berkendara sendiri untuk mengantisipasi keadaan yang bisa membuat saya panik seperti sebelumnya, apalagi jadwal pesawat jam 5:45 WIB dan saat ini bulan puasa sehingga saya juga bangun pagi untuk sahur, maka makin mantap niat untuk mencoba berkendara sendiri.

Maka mulailah saya mengumpulkan informasi dari internet. Beberapa beropini negatif dan lebih menyarankan menggunakan kendaraan umum saja kalau jaraknya dekat dan menginap jika menggunakan mobil. Menurut informasi di internet, tempat parkir mobil ada 2 yaitu parkir untuk harian dan parkir inap, dengan tarif parkir per jam. Maka selain faktor keamanan, faktor ekonomi lebih mendukung menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi, begitu yang saya tangkap dari opini di internet.

Sedangkan untuk kendaraan roda dua, berlaku tarif per masuk. Untuk faktor keamanan kendaraan, ada yang menulis bahwa tanpa menunjukkan STNK, petugas tidak akan mengijinkan motor di bawa keluar dari parkiran. Untuk parkiran motor, selain beratap langit juga beralas bumi, sehingga kalau hujan akan merepotkan.

Dengan berbagai pertimbangan akhirnya mantap menjadwalkan si Yamaha Mio untuk mengantarkan saya ke Bandara Soekarno Hatta, apalagi tidak ada barang bawaan selain sepasang pakaian danti dan laptop. Beberapa kali pergi pulang bandara dan beberapa kali melintas di depan gerbang belakang sehingga beberapa  rute jalan dari rumah ke Bandara sudah hapal diluar kepala, misalnya lewat jalan pintu air, sitanala atau jl pembangunan. Yang masih menjadi pertanyaan adalah lokasi tempat parkir motor.

Meskipun belum pernah berkendara sendiri di dalam wilayah bandara, rasanya saya akan dengan mudah mencapai terminal keberangkatan, baik terminal 1 mauapun terminal 2, karena rambu-rambu penunjuk di jalan sudah sangat jelas. Tapi mencari tempat parkir motor? Jangan sampai saya ketinggalan pesawat gara-gara tidak menemukan lokasi parkir motor ini.

Selama ini tukang ojek mangkal dengan motornya di seberang peron bandara di area parkir mobil, tidak ada motor lain selain motor para tukang ojek itu, jadi bisa di pastikan area parkir motor bukan disitu. Browsing ke internet tidak menemukan jawaban selain "lokasi parkir motor adanya di belakang pojok parkir mobil" dan ini belum bisa meyakinkan saya kembali untuk tetap bermio ria ke Bandara. Akhirnya saya hubungi pihak Angkasa Pura di No telp 021-5505179 di tengah malam, menanyakan lokasi parkir motor. Beruntung suara perempuan yang merdu menjawab, lokasi parkir motor ada di parkiran terminal 1C, sementara saya akan terbang melalui terminal 1A. Ketika saya tanya jarak, si petugas hanya menjawab "lumayan" dan dari parkiran motor terminal 1C ke terminal 1A ditempuh dengan jalan kaki.

Setelah memperhitungkan spare waktu buat nyasar, maka keesokan harinya jam 3:30 an setelah makan sahur 2 bungkus Indomie dan segelas Susu saya mengendarai Mio ke Bandara.

Memasuki gerbang belakang Bandara Soekarno Hatta, saya mengurangi laju Mio, membaca setiap tulisan penunjuk arah, mengamati jalan sekitar sambil memastikan motor boleh masuk. Ketika ada penunjuk arah ke kiri adalah menuju terminal 1, maka saya lsngung belok kiri sampai beberapa meter baru terbaca kalo lurus adalah ke area parkir terminal 1 :) Biasa di drop oleh taksi. Sudah terlanjur belok dan ini adalah jalan searah, Mio terus melaju dan di depan ada pos security, dan mampirlah saya ke pos tersebut untuk mencari tahu lokasi parkir motor.

"Ambil jalur kanan ini, lurus mentok belok kanan, ngga jauh dari site ada petunjuk ke parkir motor"

Ikuti petunjuk security, rambu penunjuk arah, dan masuklah ke area parkir motor. Masuk, bayar dua ribu rupiah untuk sekali masuk....... we.........


Jam 04:30 saya sudah ikut antri untuk masuk ke terminal 1C. Lumayan, ngga pakai nyasar...........